Ingat Waktu !!

Saturday, March 19, 2011

contoh laporan pesta

PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu pertimbangan yang penting dalam pemakaian herbisida untuk mendapatkan pengendalian yang selektif, yaitu mematikan gulma, tetapi tidak merusak budidaya. Oleh karena itu harus mengetahui dosis/konsentrasi yang optimum pada tanaman, supaya kelebihan pemakaian hebrisida dapat dihindari (Matnawy, 1989). Herbisida adalah senyawa beracun yang dapat di maanfaatkan untuk untuk tumbuhan pengganggu yang disebut gulma, kehadiran gulma dalam area pertanaman sangat tidak dikehendaki karna akan menyaingi tanaman yang di tanam dalam memperoleh unsur hara, air dan matahari (Wudianto, 1999). Untuk keperluan pengendaliannya, gulma dibedakan menjadi 3 golongan, pertama gulma berdaun lebar seperti Borreria alata, Chromolaena adorata, mekania mikranta, kedua gulma berdaun sempit (golongan rumput), seperti cyperus rotundus,,Cyperus kyllingia.(Splittstoesser, 1994). Herbisida purna tumbuh (post emergence) yang bersifat selektif dapat digunakan untuk mengendalikan gulma berdaun lebar, golongan teki, dan beberapa jenis rumput. Keunggulan hebrisida selektif ini adalah tidak membahayakan jenis tanaman pokok yang disarankan pada labelnya, jadi dengan menggunakan herbisida purna tumbuh yang selektif, kita dapat mematikan gulma tanpa khawatir tanaman pokok rusak akibat terkena semprotan herbisida. Gulma yang tidak dapat dibasmi dengan herbisida purna tumbuh yang berspektrum luas biasanya digunakan untuk membunuh gulma yang sulit di kendalikan seperti lalang-lalang, contohnya adalah Round-up, Basmilang, dan Knock Down (Sastroutomo, 1992). Herbisida purna tumbuh memiliki dua cara kerja yang berbeda, pertama hebrisida kontak yang hanya mematikan bagian gulma yang terkena semprot saja, biasanya efektif untuk mengendalikan gulma berdaun lebar atau gulma semusim yang tidak memiliki organ perkembang biakan di bawah permukaan tanah, herbisida ini harus di semprot secara merata pada seluruh bagian gulma, pengaruhnya dapat dilihat dalam waktu satu dua hari saja. Herbisida kontak tidak akan efektif pada musim hujan karena setelah penyemprotan akan tercuci racun yang melekat pada permukaan daun (Singh, 1990). Racun dari herbisida sistemik akan masuk jaringan tanaman melalui daun gulma dan ditranslokasikan sampai pada akar, karenanya herbisida sistemik sangat efektif untuk mengendalikan gulma yang memiliki rhizoma atau stolon, seperti alang alang dan teki,karena herbisida ini dapat mematikan gulma sampai pada bagian yang terdapat di bawah tanah,. Waktu yang dibutuhkan oleh herbisida sistemik untuk mematikan gulma biasanya lebih lama yaitu 1-2 minggu (Purseglove, 1986). Herbisida kontak dikenal karena mengakibatkan efek bakar yang langsung dapat dilihat etrutama pada pengguna pada kadar yang tinggi, seperti asam sulfat 70%, tembaga sulfat 40% , besi sulfat 30 %, paraquat sebagai herbisida kontak, molekulnya dapat menghasilkan hidrogen peroksida radikal yang dapat memecahkan membran sel, akhirnya seluruh sel juga rusak. Herbisida kontak merusak bagian tumbuhan yang terkena langsung dan tidak ditranslokasikan kebagian lain, sedangkan herbisida sistemik adalah herbisida yang dapat ditranslokasikan ke seluruh tubuh tumbuhan sehingga pengaruhnya luas (Sastrautomo, 1992). Tujuan Penulisan Untuk mengetahui uji kecepatan translokasi herbisida Round – up dan Allly terhadap gulma alang – alang ( Imperata Cylindrica ), genjer (Umnocharis flava (L.) Buch). Kegunaan Penulisan 1. Sebagai salah satu syarat untuk melakukan praktikal test di Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi Department Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan. 2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. TINJAUAN PUSTAKA Botani Alang-alang Menurut Anonimousb (2009), gulma alang alang dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Division : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Poales Family : Graminae (Poaceae) Genus : Imperata Spesies : Imperata Cylindrica ( Linn.) P. Beauv Batang tumbuh berumpun, tunas batang tidak tumbuh bertambah panjang sampai saat menjelang berbunga, bagian bawah dari tunas-tunas batang terdiri dari beberapa ruas sedangkan yang membawa bunga adalah ruas panjang, batang membawa bunga tingginya 20 – 150 cm adakalanya mencapai 230 cm , bagian batang di atas tanah berwarna ungu membentuk rimpang yang panjang bercabang cabang di dalam tanah, dan rimpang bersisik (Anonimousb, 2009). Helai daun tumbuh tegak berbentuk garis lanset, berangsur-angsur menyempit kebagian pangkal bagian pangkal hampir selebar tulang tengah daun, kebagian unjung berangsur angsur meruncing, panjang daun 12 – 80 dan selebar 5 – 18 mm,berambut panjang di bagian pangkal sedangkan di bagian lain tidak berambut, tulang tengah daun lebar dan pucat (Anonimousb, 2009). Perbungaan merupakan malai terbentuk di ujung batang sangat lebat, bercabang kesegala sisi tangkai dengan rambut rambut yang lembut berwarna putih menyerupai kapas, berbentuk selinder ramping, panjang nya 6-28 cm, pada perbungaan yang mudah bulirannya tersusun rapat, kemudian semakin longgar tetapi bentuknya telah merupakan selinder yang ramping, gantilan berwarna pucat bercorak ungu (Anonimousb, 2009). Botani Tanaman Genjer. Menurut Anonimousb, klasifikasi tanaman genjer antara lain : Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Alismatales Famili : Butomaceae Genus : Limnocharis Spesies : Umnocharis flava (L.) Buch. Tidak memiliki batang atau batang semu, panjang daun 15-25 cm, helai daun lonjong, bunga majemuk, bentuknya seperti payung terdiri dari kelopak lepas berbentuk kuku berwarna hijau, biji seperti serabut berwarna putih kecoklatan (Anonimousb, 2009). Herbisida yang Diaplikasikan Melalui Daun (Semprot) Round-up merupakan salah satu herbisida non selektif yang dipakai untuk menumbuh rumput dan gulma yang tidak dikehedaki, tersedia dalamkonsentrasi cair dan kering yang berkekuatan profesiona. Ketika round-up diseprotkan pada daun tanaman ini di absorbs dan kemudian di translokasikan di sepanjang bagian tanaman. Herbisida ini di aplikasikan melalui daun dan di encerkan dengan pelarut terlebih dahulu (Djojosumarto, 2000). Herbisida Yang Diaplikasika Melalui Akar (Siram) Metasulfron-methyl adalah senyawa residu yang dipakai sebagai pre selektif dan purna tumbuh untuk gulma berdaun lebar dan gulma tahunan yang lain. Ada semacam senyawa kontak antara daun dan tanah dan bekerja secar cepat sesudah di ambil oleh tanah. Mode of actionnya dengan meenghambat pembagian sel di dalam batang dan akara tanaman dan secara biologis aktif pada pemakaian angka rendah (Djojosumarto, 2000). Absorbsi Herbisida Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Absorbsi Herbisida Absorbsi Lewat Akar Absorbsi herbisida lewat akar dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya saat absorbsi, suhu, pH, konsentrasi, transpirasi dan pengambilan. Secara umum saat absorbs oleh akar dicirikan oleh fase inisial yang cepat untuk 30 menit sampai dua jam yang diikuti fase kedua yang lebih lambat tapi cukup mantap. Pada konsentrasi rendah terjadi hubungan linier antara absorbs akar dengan konsentrasi herbisida, sedang pada konsentrasi tinggi hubungan itu menjadi berubah menuju ke keracunan (Moenandir, 1990). Absorbsi Lewat Daun Absorbsi herbisida lewat daun dapat melalui permukaan daun atau stomata. Herbisida yang menguap , uapnya dapat masuk lewat stomata. Namun yang terpenting ialah yang lewat permukaan daun. Herbisida akan menembus kutikula dan dinding sel yang terdiri dari selulosa dan pectin maupun lapisan lilin (nonpolar). Polar bermuatan listrik positif. Molekul nonpolar tidak mempunyai muatan kuat yang positif atau negative, atau pada umumnya tidak elektrolit seperti bahan organic. Demikian pula kutikula berlilin dan selulosa daun dan batang tanaman akan nonpolar (Moenandir, 1988). Cara/ Proses Absorbsi Herbisida Absorbsi Herbisida Melalui Akar Absorbsi herbisida melalui daun pertama kali herbisida seyogyanya dapat larut dalam air, dan lewat akar dilalukan keatas dalam xylem secara apoplastik. Akar cukup baik beradaptasi dengan bahan polar dan bahan yang nonpolar akan tidak diabsorbsikan atau lambat sekali. Akar yang tumbuh cepat juga akan bertendensi mengabsorbsi larutan lebih cepat. Laju absorbs ini erat hubungannya dengan laju respirasi. Dengan demikian laju absorbsi herbisida akan mengalami hal yang sama. Suatu herbisida yang nonpolar bila dalam lingkungan yang asam akan dikonversikan menjadi herbisida polar (Moenandir, 1988). Absorbsi Herbisida Melalui Daun Herbisida dapat masuk tubuh tumbuhan lewat daun. Daun mempunyia dua permukaan, ialah permukaan atas dan permukaan bawah. Dinding sel luar daun disebut kutikula yang berfungsi sebagai pelindung dan terdiri dari lapisan. Kitin berupa polimer asam dengan alkohol yang bersifat non-polar. Trikhoma bertindak langsung sehubungan dengan absorbsi daun sebagai tambahan dalam pengaruh pembasahan dan retensi. Pola absorbsi ditentuka oleh adanya pengeringan bahan cair dari herbisida yang mengenai rambut daun, sebagai perluasan sel epidermis. Stomata berada dalam jumlah banyak pada permukaan daun sebelah bawah, sehingga permeabilitas terbesar terletak padanya dan absorbsi juga terbesar lewat daerah itu (Moenandir, 1989). Translokasi Herbisida Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Translokasi Herbisida Translokasi Lewat Akar Faktor yang mempengaruhi translokasi herbisida lewat akar bila gerakan larutan melintasi membrane sel dan lewat simplas dipengaruhi ol;eh proses aktif, perlu pengendalian pada gerakan keatas. Gerakan dapat cenderung diubah untuk sel parenkim dalam xylem untuk menstik substansi dari xylem. Faktor-faktor yang mempengaruhi transpirasi akan berpengaruh pula pada gerakan keatas, gangguan herbisida akan menghambat gerakan. Akibat dari hal ini ion-ion dan molekul-molekul menunjukkan pola cirri dan distribusi oleh pengambilan akar (Anonimous a, 2009). Translokasi Lewat Daun Translokasi herbisida lewat daun ditranslokasikan lewat phloem yang terdiri dari sel hidup dan bila herbisida bersifat sangat beracun dapaat mematikan sel tersebut dan translokasi berhenti. Bagian muda tanaman melewatkan bahan lebih cepat dari pada bagian tanaman yang tua. Herbisida dilalukan lewat phloem dari atas ke bawah secara simpoplastik (Anonimousa, 2009). Cara/Proses Translokasi Herbisida Translokasi Herbisida Melalui Akar Peristiwa perpindahan subtansi ke atas lewat xylem berasal dari perpindahan subtansi setelah masuk akar menuju ke atas bersamaan dengan larutan nutrisi, namun gerakan ke dalam akar lewat lintasan ini di tutup oleh garis caspari yang tersusun dari subtansi seperti lilin pada dinding sel endodermis. Bila gerakan larutan melewati membran sel dan melewati simplas dipengaruhi oleh proses aktif, perlu pengendalian pada gerakan ke atas (Matnawy, 1989). Translokasi Herbisida Melalui Daun Herbisida yang diaplikasikan melalui daun, setelah masuk ke dalam tubuh daun dibawah serta oleh fotosintat menuju ke bawah ke tempat-tempat penimbunan makanan. Organel yang kaya sel pendamping dan sel parenkim dalam phloem dan berfungsi dalam pembebanan vena. Transfer sel dapat juga di utarakan sebagai salah satu cara pergerakan dalam vena, xylem, dan parenkim dalam sitoplasma yang padat (Cottrell, 1987). HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Dari hasil percobaan di dapatkan hasil yaitu: Tanggal pengamatan Jenis gulma Perlakuan Keterangan 16 Nov 2009 Genjer Semprot Tanaman masih segar dan daun berwarna hijau Siram Tanaman masih segar dan daun masih hijau Lalang Semprot Daun hijau agak pucat Siram Daun masih hijau 18 Nov 2009 Genjer Semprot Daun agak hijau pucat Siram Daun masih hijau tetapi agak pucat Lalang Semprot Tanaman mulai mati dan daun berwarna coklat Siram Tanaman masih hidup namun daun berwarna pucat 20 Nov 2009 Genjer Semprot Daun layu berwarna coklat Siram Sebagian tanaman layu dan mati Lalang Semprot Tanaman mati mongering Siram Daun agak kecoklatan 21 Nov 2009 Genjer Semprot Tanaman mati dari batang hingga daun Siram Tanaman mati seluruhnya Lalang Semprot Tanaman mati seperti terbakar dan warna daun coklat tua Siram Daun berwarna kecoklatan dan layu Pembahasan Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa pada pengamatan pertama tanaman genjer dan lalang pada perlakuan herbisida yang di absorbsi melalui daun (Round-up) tampak tanaman masih segar dan daun berwarna hijau pucat atau menguning. Hal ini karena herbisida round-up bersifat sistemik dan bekerja dengan lambat. Hal ini sesuai dengan literatur Moenandir (1990) yang menyatakan bahwa daun mempunyia dua permukaan, ialah permukaan atas dan permukaan bawah. Dinding sel luar daun disebut kutikula yang berfungsi sebagai pelindung dan terdiri dari lapisan. Kutin berupa polimer asam dengan alcohol yang bersifat non-polar. Trikhoma bertindak langsung sehubungan dengan absorbsi daun sebagai tambahan dalam pengaruh pembasahan dan retensi. Pada percobaan dapt diketahui bahwa pada pengamatan kedua tanaman genjer dan lalang pada perlakuan herbisida yang di absorbsi melalui akar (Ally) tampak daun mulai layu berwarna kuning kecoklatan sebagian tanaman mulai mati. Hal ini karena herbisida Ally bersifat kontak yang bekerja lebih cepat dari pada herbisida sistemik dalam mengendalikan gulma. Hal ini sesuai denagan literatur Moenandir (1988) yang menyatakan bahwa pada konsentrasi rendah terjadi hubungan linier antara absorbsi akar dengan konsentrasi herbisida, sedang pada konsentrasi tinggi hubungan itu menjadi berubah menuju ke keracunan. Dari percobaan dapat diketahui bahwa herbisida yang paling efektif adalah hebisida round-up karena pada percobaan yang dilakukan gulma yang paling cepat mati adalah pada perlakuan herbisida yang di absorbsi melalui daun (Round-up). Hal ini sesuai dengan literatur Wudianto (1999) yang menyatakan bahwa hebrisida purna tumbuh yang berspektrum luas biasanya digunakan untuk membunuh gulma yang sulit di kendaliakan seperti lalang, conjtohnya adalah round-up, Basmilang, dan Knock Down. Dari hasil pengamatan dapat diketahui pula lalang yang disemprot menggunakan herbisida Ally yang bersifat kontak menyebabkan lalang menjadi mati dan seperti terbakar dan berwarna coklat kehitaman. Hal ini sesuai dengan literature yang dikemukakan oleh (Sastrautomo, 1992) yang menyatakan bahwa Herbisida kontak di kenal karna mengakibatkan efek bakar yang langsung dapat di lihat trutama pada pengguna pada kadar yang tinggi, seperti asam sulfat 70%, tembaga sulfat 40% , besi sulfat 30 %, praquat. KESIMPULAN 1. Herbisida sistemik lebih efektif dalam mengendalikan gulma, karena sifat dari herbisida sistemik adalah langsung mentranslokasikan keseluruh jaringan tanaman. 2. Pada pengamatan pertama tanaman genjer dan lalang pada perlakuan herbisida yang di absorbsi melalui daun (Round-up) tampak tanaman masih segar dan daun berwarna hijau pucat atau menguning 3. Pengamatan kedua tanaman genjer dan lalang pada perlakuan herbisida yang di absorbsi melalui akar (Ally) tampak daun mulai layu berwarna kuning kecoklatan sebagian tanaman mulai mati 4. Herbisida yang paling efektif adalah hebisida round-up karena pada percobaan yang dilakukan gulma yang paling cepat mati adalah pada perlakuan herbisida yang di absorbsi melalui daun (Round-up) 5. Herbisida Ally bersifat kontak menyebabkan lalang menjadi mati dan seperti terbakar dan berwarna coklat kehitaman. DAFTAR PUSTAKA Anonimus, 2009a. Translokasi Herbisida Melaui Akar Dan Daun. http://WWW.distan.litbang/Intensitas/serangan/:html. (Tanggal akses: 21 November 2009). Anonimus, 2009b. Gulma Lalang Dan Genjer. http://WWW.distan.litbang/Pengendalian/penyakit/:html. (Tanggal akses: 21 November 2009). Cottrell, J.H., 1987. Pesticide on Plant Surfaces. John Willey and Sons, New York. Djojosumarto, P., 2000. Pestisida dan Aplikasi. Penerbit Kanisius, Jakarta. Matnawy, H., 1989. Perlindungan Tanaman. Penerbit Kanisius, Jakarta. Moenandir, J., 1988. Pengantar Ilmu Dan Pengendalian Gulma. Rajawali. Jakarta. Moenandir, J., 1990. Fisiologi Herbisida. Rajawali Press. Jakarta. Purseglove, J.W., 1986. Tropical Crops Dyicotyledones. Logman Green, London. Sastroutomo, S.S., 1992. Pestisida. Dasar-Dasar dan Dampak Penggunaannya. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Salunkhe, D.K., 1985. Postharvest Biotechnology of Food Legums. CRC Press, Florida. Singh, S.R., 1990. Insect Pest of Tropical Food Legumes. John Willey & Sons, New York. Splittstoesser, W.E., 1994. Vegetable Growing Handbook. Van Nostrend Reinhold Company, New York. Wudianto, R., 1999. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya, Jakarta.

No comments:

Post a Comment